Cirebon – 29 Juli 2024, Komunitas Relawan Ciayumajakuning, yang dipimpin oleh Agung Prasetia, telah menjadi sorotan berkat dedikasi tinggi mereka dalam bidang sosial. Komunitas yang beranggotakan 115 orang ini terdiri dari pemuda-pemudi berdedikasi tinggi yang fokus membantu orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang sering terlihat di jalanan atau di lingkungan masyarakat selama lebih dari 10 tahun.
Relawan Ciayumajakuning beroperasi dari basecamp mereka di Jl. Dusun Melati, RT/RW 003/006, Kel. Astanajapura, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon. Yang membedakan mereka adalah semangat kemandirian yang kuat, mereka bekerja tanpa dukungan dari pemerintah, seperti Dinas Sosial (Dinsos) atau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP). Padahal, seharusnya kedua instansi ini bisa bersinergi dengan mereka, misalnya memberikan dukungan seperti berikan bantuan perlengkapan dalam bentuk sarung tangan, alat cukur, peralatan mandi, pakaian, dan bahkan bila perlu kendaraan khusus yang nantinya bukan sebagai kendaraan oprasional saja, tetapi untuk digunakan mengantar ODGJ ke pihak keluarganya atau ke panti sosial.
Dalam kenyataannya, upaya koordinasi dengan Dinsos dan Satpol-PP seringkali menemui kendala. Agung Prasetia mengungkapkan, “Kadang saya kalau koordinasi sama Dinsos & Satpol-PP di kota Cirebon suka bingung dan capek sendiri, suka dilempar-lempar atau saling lempar kalau kita relawan minta bantuan.” Meskipun demikian, tim Relawan Ciayumajakuning tetap berjuang sesuai dengan niat awal mereka, yaitu kemanusiaan dan memanusiakan manusia, terutama ODGJ, dengan segala sesuatunya termasuk anggaran biaya dan oprasional lainnya ditanggung sendiri.
Sebagai jurnalis dari media Kinerjaekselen di bawah naungan Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) DPC kota Cirebon, saya, Niko, telah lama mengamati kegiatan Relawan Ciayumajakuning melalui akun Instagram dan Channel Youtube mereka.
Saya sangat bangga dan mengapresiasi kerja keras mereka, namun juga prihatin karena tidak adanya dukungan dari instansi terkait, seperti Satpol-PP dan Dinsos Kota Cirebon. Padahal, kedua instansi ini memiliki anggaran dari negara serta fasilitas yang memadai untuk membantu masyarakat, bahkan mendapatkan gaji serta tunjangan, dan sepatutnya merasa malu karena faktanya tidak bisa berbuat seperti yang dilakukan oleh tim Relawan Ciayumajakuning, apalagi kini banyak para youtuber yang bergerak dalam urusan mengurusi para ODGJ secara independen diberbagai daerah lainnya.
Sepatutnya kedua intansi terkait ini bisa rutin lakukan kegiatan yang melebihi seperti yang dikerjakan oleh tim Relawan Ciayumajakuning, karena sudah jelas secara penugasan dari negara serta memiliki fasilitas anggaran dan armada yang memadai, tetapi faktanya justru yang kerap terlihat di akun medsosnya kebanyakan terlihat kegiatan seperti Apel pagi, senam pagi, mengucapkan selamat dan lain lainnya, namun sedikit saja kegiatan yang bergerak dibidang sosialnya, kalaupun ada, entah hanya sebatas untuk bahan laporan kerja saja atau semata mata bukti ada dokumentasi kerja tapi tanpa prestasi, karena fakta adanya Relawan Ciayumajakuning adalah akibat masih banyak para ODGJ berkeliaran belum tertangani secara serius.
Harapan besar dari pendiri Relawan Ciayumajakuning adalah menjadikan komunitas ini resmi memiliki badan hukum, seperti menjadi bentuk yayasan. Dengan demikian, mereka berharap dapat dukungan dari pemerintah seperti difasilitasi memiliki rumah singgah khusus untuk menampung para ODGJ sementara, serta anggaran untuk operasional kerja. Dengan ini PWRI (Persatuan Wartawan Republik Indonesia) DPC Kota Cirebon, akan membantu proses pengurusan perijinan sesuai prosedur bila diperlukan, agar harapan ini segera terwujud.
Relawan Ciayumajakuning adalah contoh nyata bahwa pahlawan sejati tidak selalu mendapat pengakuan resmi, tetapi kerja keras dan dedikasi mereka layak mendapat apresiasi dan dukungan dari semua pihak.