Predikat Wartawan Antara Profesionalisme dan Dilema Etika Wartawan Otodidak

Media Partner PWRI DPC Kota Cirebon | Lintas Suku, Agama dan Budaya

Wartawan menempati posisi yang sangat dihormati dalam masyarakat. Namun peran mereka sering kali dipandang tidak menyenangkan oleh berbagai pihak, terutama instansi pemerintah dan perusahaan swasta yang memiliki kepentingan tertentu. Wartawan berfungsi sebagai penjaga informasi yang jujur dan transparan, sehingga keberadaan mereka kerap menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang berusaha menyembunyikan informasi dari publik.

Namun, dalam dunia kewartawanan modern, muncul permasalahan serius terkait profesionalisme dan etika jurnalistik. Banyak wartawan yang tidak memiliki bekal pengetahuan memadai tentang kode etik kewartawanan, bahkan hanya bermodalkan Kartu Tanda Anggota (KTA) dari sebuah media, yang dalam beberapa kasus ada pula adanya media abal-abal yang tidak resmi. Wartawan otodidak ini sering kali tidak terarah dan berisiko melanggar kode etik jurnalistik.

Masalah kredibilitas wartawan otodidak juga memunculkan fenomena yang meresahkan. Istilah lama ada sebutan “wartawan bodrex”, yang merujuk pada oknum yang lebih memilih mencari keuntungan pribadi daripada menjalankan tugas jurnalistik dengan benar. Mereka sering kali mencari kesalahan dari pihak-pihak tertentu untuk meminta imbalan materi atau bahkan memeras, sehingga mengaburkan fungsi mereka sebagai wartawan.

Lebih memperihatinkan lagi, praktik yang kerap dijumpai di lapangan adalah sejumlah wartawan secara berkelompok yang hadir seperti dalam acara seminar, keramaian, atau rapat kerja pemerintah dan swasta bukan untuk meliput dan melaporkan berita, tetapi hanya demi mencari “amplop” atau uang pengkondisian dari pihak penyelenggara.

Praktik ini semakin memperburuk citra wartawan, terutama ketika mereka gagal menjalankan tanggung jawab jurnalistiknya dengan tidak membuat berita setelah menerima imbalan. Lebih parahnya, ada wartawan yang tidak bisa membuat dan menyusun tulisan atau rilisan berita hasil sendiri, dan lebih senang menggunakan hasil rilisan dari orang lain alias copy paste, yang kemudian diterbitkan di media mereka tanpa rasa tanggung jawab.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meski wartawan memiliki peran penting dalam membuka jendela informasi bagi publik, juga memiliki tantangan besar dalam menjaga integritas dan profesionalisme tetap ada. Kode etik jurnalistik dan komitmen untuk memberikan informasi yang akurat dan jujur harus menjadi fondasi utama bagi setiap wartawan, terlepas dari latar belakang pendidikan atau posisi mereka dalam industri media. [ Ksatria Baja Hitam ]

IKLAN